Selasa, 11 September 2012

PEMKOT DORONG PETANI TANAM TANAMAN NILAI EKONOMI TINGGI

Kota Yogyakarta, Selasa, 12 Februari 2008
Sekreteris Daerah Kota Yogyakarta Drs. H. Rapingun didampingi Camat Umbulharjo, Drs. Kris Sarjono Sutejo dan beberapa  melakukan panen  padi di lahan sawah milik H. Mangku Hadi Sasmito,  Wirosahban UH VI /642 Kelurahan Sorosutan Kecamatan Umbulharjo. Panen padi dilakukan secara simbolik dengan pemotongan bernas padi diawali  oleh Sekda Kota Yogyakarta , Camat Umbulharjo, dan Ketua Kelompok Tani “GAPOKTAN” Kecamatan Umbulharjo Untung Purnomo dan disaksikan oleh warga Sorosutan.
Kepala Kantor Pertanian dan Kehewanan Kota Yogyakarta, Drh. Mahcmud Asvan, mengatakan padi yang dipanen di Sorosutan ini merupakan jenis padi varietas unggul sejenis  rajalele yang dititipkan oleh Puro Pakualaman. Jenis varietas padi  ini belum diberi nama. “ Namannya belum ada. Padi unggul ini merupakan titipan  dan Kantor pertanian akan melakukan identifikasi dan kemungkinan akan dikembangkan,” ungkap Machmud Asvan.
Aswan menambahkan padi jenis ini merupakan padi jenis unggul yang varietasnya sama seperti rajalele. “Ketika panen pertama  dan pada saat harga beras mencapai Rp. 4.500,- beras hasil panen pertama ini sudah mencapai harga Rp. 8 ribu per kilogram.
            Selain itu, di lahan pertanian yang ada di Sorosutan Umbulharjo jelas Asvan, sudah dikembangkan  beberapa  tanaman organik seperti sayuran.  Masih berkaitan dengan  Program Peningkatakan Produksi Nasional,  Asvan mengatakan walaupun Kota Yogyakarta tidak memiliki lahan pertanian  sawah tetapi tetap ikut berpatisipasi dalam program ini. Hal ini terbukti  beberapa bulan lalu ketika panen raya  yang pelaksanaan bersamaan dengan kecamatan Tegalrejo, kecamatan Umbulharjo telah  memproduksi 8,9 ton / hektar. “ Ini telah melebihi ketentuan Nasional (7,8),” ungkap Asvan.
Asvan menambahkan sesuai dengan arahan Walikota Yogyakarta H. Herry Zudianto dan program Pemerintah Pusat,  Kota Yogyakarta ke depan akan melakukan program yang ditetapkan yakni  memanfaatkan lahan pertanian dengan tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Salah satunya, dengan tanaman  organik seperti sayuran atau penanaman melinjo dan lainnya”, ungkap Asvan.
Asvan mengatakan Pemerintah Kota Yogyakarta  akan terus mendorong petani untuk memanfaatkan lahan minimal untuk mandapatkan  hasil maksimal.
Sementara itu, Ketua Gabungan Kelompok Tani ( Gapoktan) Kecamatan Umbulharjo Untung Purnomo mengatakan sejalan dengan perjalanan waktu lahan pertanian di Kota Yogyakarta khususnya di Umbulharjo mengalami penyusutan. Karena banyak yang digunakan untuk pembangunan rumah. Untuk mengantisipasi sempitnya lahan, tidak semua petani menanam lahannya dengan padi. Tetapi menurutnya petani sudah mengefisienkan   sempitnya lahan dengan menanam tanaman ekonomis tinggi seperti tanaman  hias, dan obat-obatan. Dikatakan lahan pertanian di kecamatan Umbulharjo sekarang ini masih sekitar 61 meter persegi. Untung menambahkan di tahun 1970 lahan pertanian di Umbulharjo seluas 110 hektar.  
Kendala yang dihadapi sekarang ini, menurut Untung, sulitnya memanfaatkan lahan pertanian yang sudah dibeli dan tidak dimanfaatkan (mangkrak).  Menurutnya, sudah dilakukan permintaan ijin melalui Lurah atau Camat kepada para pemilik tanah yang berhumlah sekitar 30   orang, namun yang bersedia mengijinkan hanya sekitar 5 orang. Dirinya kuatir lahan yang mangkrak itu apabila tidak dipergunakan akan membawa sumber penyakit. Tetapi digunakan akan memberikan nilai tambah buat masyarakat di sekitarnya.